LIPOSSTREAMING.NEWS – Budidaya Lebah Apis Mellifera dilakukan Kelopok Tani Hutan (KTH) Wana Lestari. Kini sudah menghasilkan 150 Kilogram (Kg) madu per 15 hari. Lokasinya di Desa Rejosari, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas (Mura) dibawah binaan KPH Lakitan-Bukit Cogong UPT Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Kepala KPH Lakitan-Bukit Cogong Edi Cahyo, Minggu (13/3/2022) mengatakan KTH Wana Lestari dalam kegiatan Budidaya Lebah Apis Mellifera menghasilkan madu berkualitas sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diberi nama Madu KaPeHa.
Kegiatan pebinaan budidaya lebah bertujuan untuk mengoptimalkan potensi tanaman Acacia sebagai sumber pakan lebah.
Salah satu misi yang diemban KPH Lakitan-Bukit Cogong adalah mengembangakan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di wilayah kerjanya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan dan salah satunya adalah madu.
“Saat ini terdapat tiga jenis madu yang dikembangkan KPH yaitu Madu Hutan, Madu Trigona (Klanceng) dan Madu Mellifera,” jelasnya, kemarin.
Lebih lanjut, Edi Cahyo menjelaskan, Madu Mellifera dihasilkan oleh jenis Lebah Apis Mellifera dan merupakan jenis lebah bersengat. Ada beberapa kelebihan dari Lebah Mellifera diantaranya produktivitas relatif tinggi dan waktu yang singkat.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut serta ditunjang potensi yang ada seperti sumber pakan lebah melimpah, melalui kegiatan Forest Investment Program-FIP II khususnya Pengembangan Mekanisme Investasi Kemitraan di KPH yang difasilitasi BPHP V Palembang, KPH Lakitan-Bukit Cogong mengembangkan Budidaya Lebah Apis Mellifera.
Pada awal pengembangan, dipilih KTH Wana Lestari diketuai Gunawan. KTH ini dibentuk oleh Penyuluh Kehutanan. Selain dekat dengan calon lokasi juga telah mendapat legalitas oleh Pemerintah Desa. Untuk meningkatkan kemampuan KTH dalam kegiatan budidaya lebah, KPH bekerja sama dengan PT Cipta Lebah Berkah Jambi mengirimkan anggota KTH dan didampingi tenaga teknis KPH, dan mengikuti pelatihan Budidaya Lebah selama 10 hari. Pelatihan tersebut, selain keterampilan budidaya lebah dari memelihara, mencegah dan memberantas hama lebah, pemanenan, juga kemampuan dalam penyiapan regenerasi lebah sehingga budidaya bisa secara berkesinambungan.
Melalui kegiatan FIP II, KTH diberikan penguatan modal usaha serta pemasaran hasil produksi melalui fasilitasi pengadaan koloni lebah (kotak lebah), sarpras budidaya dan perbanyakan, alat pengolahan/panen madu, APD pekerja dan lainnya.
Dari modal awal 20 koloni plus sarpras budidaya yang dibantu KPH, saat ini di KTH telah berkembang menjadi sebanyak 100 kotak koloni lebah yang dikelola oleh 15 orang anggota aktif dan menghasilkan sekitar 150 kg sekali panen dalam waktu lebih kurang 15 hari. Sehingga saat ini dalam satu bulan bisa dihasilkan lebih kurang 300 kg madu. Apabila 1 Kg dijual Rp 75.000 maka sekali panen diperoleh sekitar Rp 11 juta.
Sumber utama pakan/nektar Lebah Mellifera adalah Tanaman Akasia baik dari bunganya maupun ketiak daun yang tersedia sepanjang waktu. Selain itu terdapat pakan lebah yang lain berupa pollen yang diperoleh dari bunga tanaman kelapa sawit, bunga jagung dan lainnya. Pollen tersebut selain sebagai sumber dalam regenerasi juga bisa dimanfaatkan sebagai hasil lain dari kegiatan budidaya lebah yaitu Beepollen.
“Bee pollen tersebut apabila diolah bisa sebagai makanan berkhasiat dan bernilai ekonomi tinggi yang laku juga di pasaran,” tambahnya.
Dari kegiatan budidaya tersebut yang menghasilkan madu KaPeHa, menarik kelompok-kelompok masyarakat sekitar juga aparat desa, baik yang berasal dari Desa Rejosari maupun desa sekitar untuk sekedar melihat atau bahkan belajar mengenal lebah mellifera. Selain itu, beberapa waktu lalu KTH juga menerima kunjugan dari Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu, untuk melihat dari dekat budidaya lebah, dengan harapan dapat diaplikasikan dan diimpelementasikan di daerah Bengkulu.
Disuatu kesempatan, Bupati Musi Rawas Hj Ratna Machmud juga sangat mendukung kegiatan perlebahan di KTH Wana Lestari dengan mengenalkan dan mempromosikan Madu KaPeHa dan akan diagendakan berkunjung untuk melihat secara langsung proses budidaya hingga pemanenan madu.
Kegiatan Budidaya Madu di Desa Rejosari Kecamatan Megangsakti Kabupaten Mura, mulai menggeliat dan terbukti menambah pendapatan masyarakat khususnya anggota KTH, sehingga berkontribusi peningkatan kesejahteraannya. Selain dari usaha utama berkebun, baik karet maupun sawit, usaha budidaya lebah mellifera juga bisa menghasilan uang yang tidak sedikit.
Apabila dikelola dengan baik, akan mampu menopang kehidupan anggota KTH bahkan bisa sebagai andalan. Tentu semua itu bisa terwujud apabila mendapat dukungan, bantuan dan fasilitasi berbagai stakeholder.
Kepala KPH Lakitan-Bukit Cogong, Edi Cahyono terus mendukung bersama pengelola Madu KaPeHa memasarkan Madu KaPeHa hingga bisa menjangkau ke luar kota dan telah mengisi outlet-outlet di Palembang.
“Dan juga telah dilakukan kerja sama dengan pihak manajemen Hotel Dafam Linggau untuk mengisi etalase di hotel,” paparnya.
Menurut salah seorang beekeeper atau pemelihara lebah, Haris Bakat, dalam kegiatan budidaya lebah Apis mellifera dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan kebersamaan antar anggota KTH, sehingga lebah yang dibudidayakan dapat menghasilkan madu yang berkualitas. Selain itu Madu KaPeHa yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi juga diperoleh dengan menerapkan/mematuhi SOP baik dalam budidaya maupun proses panen.
“Ketersediaan air gambut juga mendukung suksesnya budidaya lebah dan air gambut yang mengalir menentukan warna madu yang dihasilkan,” jelasnya.
Gunawan selaku Ketua KTH Wana Lestari menabahkan, masih dibutuhkan bantuan pengembangan budidaya, diantaranya penambahan koloni, rumah pengolahan madu, pondok kerja dan penambahan alat-alat pemanenan serta pelatihan pemasaran dan pengemasan. (sin)