#BBM Subsidi Mulai Dibatasi
LIPOSSTREAMING.NEWS – Antrean kendaraan yang akan membeli BBM jenis solar subsidi terjadi di sejumlah SPBU Kota Lubuklinggau. Mulai dari SPBU Lubuk Kupang, SPBU Lubuk Tanjung, dan SPBU Durian Rampak. Selain jumlah pembelian maksimal Rp 300 ribu, jika enggan antre sejak subuh makin sulit mendapat BBM satu ini. Distribusi solar mulai dibatasi.
Edi misalnya. Warga Kelurahan Lubuk Tanjung yang punya mobil angkut pasir itu rela antre 3 jam (pukul 09.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB) untuk bisa beli solar Rp 300 ribu.
“Ngantre lama ngga papa. Asal Solar jangan dihapuskan,” harapnya, saat diwawancara Senin (14/3/2022).
Hal sama diungkapkan Suyanto warga Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Lubuklinggau Barat 2. Sejak solar mulai sulit didapat, karyawan salah satu distributor itu rela antre solar 3 jam. Dalam seminggu ia antre dua kali.
“Mau pakai dexlite mahal. Harganya dua kali lipat dari solar subsidi. Kalau menggunakan solar bisa irit biaya bahan bakar. Sebenarnya bisa beli eceran, tapi mahal, selain itu khawatir campuran. Efeknya bisa ke mobil,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah menambah suplai solar, agar konsumen tak harus antre berjam-jam.
“Kalau bisa, lancar lah beli solar ini. Tanpa harus berjam-jam antre. Karena habis waktu,” harapnya.
Pengawas SPBU Durian Rampak, Heriyanto membenarkan jatah BBM saat ini diatur oleh Pertamina, tidak seperti dulu jatah disesuaikan dengan uang SPBU.
Seperti solar subsidi jelasnya, jatah 16 ton masuk hanya diberikan setiap Rabu. Pada hari lainnya hanya disuplai 8 ton. Begitupun untuk Pertalite Senin, Jumat dan Sabtu 16 ton sisanya 8 ton. Sementara Pertamax hanya 8 ton, itupun dikirim tidak per hari, paling seminggu sekali, apalagi Pertamax turbo.
“Kalaupun solar subsidi masuk 16 ton, biasanya tidak kita jual semua. Yang kita jual hanya 14 ton saja, sisanya 2 ton untuk setok besok paginya sambil menunggu setok yang baru masuk. Kalau dijual semua, besoknya otomatis kita tidak jualan,” jelas Heriyanto.
Heriyanto mengungkapkan, para pembeli solar banyak yang sudah antre sejak pukul 19.00 WIB agar bisa kebagian solar besok pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
“Setiap pembeli solar subsidi dibatasi maksimal Rp 390.000 per mobil. Jika kami menjual lebih dari itu, pihak SPBU kena denda pihak Pertamina. Makanya setiap mobil yang beli solar langsung diprint bukti belinya. Kalau tidak, kita kena denda. Bahkan aturan kedepan akan lebih ketat lagi, harus ada nomor handphone. Kalau nomornya tidak sesuai minyaknya tidak keluar,” tegasnya.
Menanggapi kabar soal penghapusan solar subsidi, Heriyanto justru mendukung.
“Karena bagi SPBU, menjual solar subsidi ini repot. Terlalu banyak aturan. Terutama soal print bukti bayar itu. Otomatis per hari ada saja yang tidak terprint, kalau operator tidak dibantu pasti kelabakan. Sama halnya dengan Pertalite, ketimbang kita hanya dikirim hanya 8 ton per hari, lebih baik dihapus saja, biar jual Pertamax semua,” tegasnya.
Untuk saat ini, di SPBU Durian Rampak harga Pertalite Rp 7.850 / Liter, Bio solar (subsidi) Rp 5.150 / Liter, Dexlite Rp 13.250 / Liter, Pertamax Turbo Rp 14.800 / Liter dan pertamax 92 Rp 9.200 / Liter.
Sementara Manager SPBU Lubuk Tanjung, Samino saat dibincangi, Senin (14/3) mengatakan saat ini jatah solar subsidi hanya 8 ton. Karena dibatasi, pihak SPBU pun memberlakukan pembatasan untuk pengendara yang mau mengisi solar subsidi.
“Harga BBM solar subsidi Rp, 5.150. Antreannya ada dua nozel dengan satu dispenser. Dan untuk mobil angkutan yang antre, dibatasi hanya boleh membeli Rp 300 ribu untuk sekali pembelian,” ungkap Samino.
Pembatasan ini pun menyebabkan penjualan di SPBU cepat habis.
“Kita buka pukul 07.00 WIB, lalu pukul 14.00 WIB sudah habis,” tegasnya.
Lalu bagaimana dengan BBM jenis lainnya ? Samino menjelaskan di Pom bensin yang beralamat di Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1 ini juga menyediakan BBM jenis Pertalite, Dexlite dan Pertamax.
Untuk pertalite harganya Rp 7.850, dengan jatah 8 ribu KL atau 16 ribu Kilo liter perhari tergantung kebutuhan. Untuk jenis Pertamax harganya Rp 9,200, dengan jatah perhari 8ribu KL.
Saat ini jelasnya, untuk pembeli pertamax masih sangat sedikit hanya 1.000 liter terjual perhari. Ini disebabkan bersaing dengan pertashop. Sedangkan untuk Dexlite dengan harga Rp 12.400 yang sebelumnya Rp 9,700 atau naik sekira Rp3,300, sedangkan pertamax turbo pihaknya tidak menjual.
“Untuk pertalite ada dua dispenser dengan empat nosel di bagi motor dan mobil. Sedangkan Pertamax satu dispenser dua nosel. Untuk jatah Pertalite juga sudah dibatasi, sudah ditetapkan oleh pihak Pertamina dengan pengisian 16 ton seminggu sekali,” tambahnya. (cw02/adi)