Rayakan Nyepi dengan Sederhana

SESAJEN - Penyuluh Agama Hindu, Ketut Artini bersama ibu-ibu membuat sesajen persiapan Hari Raya Nyepi, Kamis (3/3) mendatang. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Adat Agama Hindu di Jalan Kampung Bali Dusun 7 Tiribina, Desa Suro, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Mura, Senin (28/2/2022).

LIPOSSTREAMING.NEWS – Rabu (3/3/2022) semua Umat Hindu akan merayakan Nyepi 1499 Tahun Baru Saka. Persiapan untuk merayakan Hari Raya Nyepi sudah dilakukan sejak kemarin Senin (28/2/2022). Seperti yang dilakukan Puluhan Kepala Keluarga (KK) asal Kabupaten Karang Asem, Provinsi Bali yang menetap di Kecamatan Muara Beliti menyiapkan berbagai sesajen untuk memperingati Hari Raya Nyepi 1944 Saka, dengan sangat sederhana.

Disela membuat sesajen Penyuluh Agama Hindu Ketut Artini mengatakan, setiap Hari Raya Nyepi mereka selalu menyiapkan sesajen atau Praya site. Di dalam satu sajen berisi bermacam-macam barang, seperti janur dan isinya berupa nasi, bunga, pisang, telur dan kerupuk.

“Lebih kurang 50 sesajen kami siapkan. Sesajen ini akan digunakan untuk sembahyang di Pure Jagat Nata, Agropolitan Muara Beliti lalu dilanjutkan pengeruputan atau maturan di pertigaan jalan dekat kampung kami Rabu (2/3/2022) menjelang Maghrib sebelum masuk Hari Raya Nyepi , Kamis (3/3/2022),” jelasnya.

Dalam pengeruputan, mereka siapkan sesajen pancaruan manca satu atau lima jenis ayam yang diolah masakannya yang berbeda. Seperti di arah Timur ayam warna putih, arah Selatan ayam merah, arah barat warna putih kuning, Utara warna hitam dan tengah warna belorok. Masakan ini yang akan mereka tinggalkan di pertigaan tersebut.

Fungsi pengeruputan jelasnya, untuk pembersihan diri dari Buana Ali dan Buana Agung. Buana Ali sendiri merupakan manusia dan ciptaan Tuhan sedangkan Buana Agung adalah Alam Semesta.

Dalam pembuatan sesajen ini lanjutnya, merupakan hasil swadaya dari masyarakat Hindu di Jalan Kampung Bali,Dusun 7 Tiribina, Desa Suro, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas.

Bertepatan Hari Raya Nyepi Kamis nanti, biasanya mereka melaksanakan megis atau penyucian diri. Namun biasanya dilaksanakan di Bali dengan membuang sesajen ke laut, kalau di umat Hindu di Mura tidak melaksanakannya.

“Kita semua melaksanakan secara sederhana saja. Hanya melaksanakan catur Bharata penyepian seperti Amati Geni. Dihari itu Umat Hindu tidak boleh menghidupkan api. Lalu Amati Karya dengan tidak boleh melakukan pekerjaan sama sekali, kemudian Amati Lelungan dengan tidak boleh pergi ke manapun. Amati Geni, Amati Karya dan Amati Lalungan di peringati hari H, selama 24 jam dari pukul 05.00 WIB sampai 17.00 WIB keesokan harinya. Bagi yang mampu bisa laksanakan puasa namun di hari tersebut yang tidak mampu puasa tidak apa-apa. Setelah selesai kita laksanakan lembah Geni atau usai Hari Raya Nyepi boleh laksanakan kegiatan seperti biasanya. Sabtu (5/3) kita laksanakan piodalan tumpuk gede atau wayangan, yang sembayang dilakukan setiap bulan satu kali seperti biasanya dengan sembayang bersama,” ungkapnya.

Setelah Hari Raya Nyepi mereka juga laksanakan galungan dan kuningan, dengan melakukan silahturahmi ke rumah-rumah keluarga dan kerabat.

Sementara Pemangku Adat, Putu Mara mengatakan untuk peringatan Hari Raya Nyepi di masa pandemi sekarang memang dirayakan dengan sangat sederhana dan tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes) Covid 19. Saat sembayang hanya 15 orang saja dengan menjaga jarak. Karena hanya 50 persen warga yang ada.

Ia berharap di Hari Raya Nyepi tahun ini bahwa untuk Covid-19 segera berlalu dan warga khususnya Kabupaten Mura atau Indonesia bisa hidup kembali normal dengan ekonomi masyarakat kembali bangkit

Untuk diketahui warga Hindu di Jalan Kampung Bali, Dusun 7 Tiribina, Desa Suro, Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas merupakan rantauan dari Karang Asem, Bali tahun 1981. Mereka pindah ke Sumatera sebelumnya di Kecamatan Plakat Tinggi Musi Banyu Asin (Muba), lalu 1992 pindah lagi ke Kabupaten Mura. (adi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *