Pertalite Bakal Langka

BELI- Seorang pengendara membeli Pertamax di SPBU Lubuk Tanjung , di Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1, Jumat (1/4/2022).

LIPOSSTREAMING.NEWS – Terhitung sejak Kamis (31/3/2022) pukul 00.00 WIB, Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax mengalami kenaikan Rp 3.550 per liter. Sedangkan BBM jenis Pertalite mengalami penurunan Rp 200 per liter. Untuk harga Pertamax sebelumnya Rp 9.200 per liter menjadi Rp 12.750 per litter. Sedangkan Pertalite sebelumnya Rp 7.850 menjadi Rp 7.650 per liter.

Perubahan harga BBM ini dibenarkan Manager SPBU Lubuk Tanjung Kota Lubuklinggau, Samino, saat dibincangi, Jumat (1/4).

Saat ini SPBU yang beralamat di Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1 ini menyediakan BBM jenis Pertalite, Biosolar, Dexlite dan Pertamax.

Diakui Samino, untuk kuota Pertalite kadang dijatah 8 ribu Kilo Liter (KL) sampai 16 ribu KL perhari, tergantung kebutuhan yang membeli. Untuk Pertalite ada dua dispenser dengan empat nozzle dibagi khusus untuk motor dan mobil. Sedangkan Pertamax untuk perhari dikirim 8 ribu KL dengan satu dispenser dua nozzle.

“Pembeli Pertamax masih sangat sedikit, perhari hanya terjual 2.000 liter karena saingan dengan pertashop. Apalagi kini ditambah harganya yang melambung tinggi, pasti lebih sepi pembelinya,” ungkapnya.

Sementara Pertalite, jadi cepat habis karena jatahnya sedikit yang beli banyak.

“Kalau kita jual mulai pukul 07.00 WIB, maka pukul 19.00 WIB sudah habis,” tegasnya.

Untuk BBM Biosolar Subsidi harganya, Rp 5.150, 8 ribu KL perhari. Jatah 16 KL hanya satu kali dalam seminggu, karena itu untuk pembeli biosolar dibatasi. Hasilnya, banyak yang mengantri terutama mobil angkutan. Antreannya ada dua nozzle dengan satu dispenser. Itu saja untuk mobil angkutan dibatasi dengan membeli hanya 300 ribu.

“Untuk solar sendiri buka pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB, karena sudah habis,” ucapnya.

Sementara, kebijakan kenaikan BBM jenis pertamax oleh Pertamina dinilai Pengamat Ekonomi Dr Yan Sulistio, merupakan kesalahan yang sama dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah tegasnya, tidak belajar pengalaman mengatur Minyak Goreng (Migor).

“Ya artinya sama saja ketololan yang kedua kalinya yang dilakukan oleh pemerintah. Urusan Migor kemarin sudah jelas, ketika Migor Premium dicabut HET-nya tinggi, orang beralih ke Migor Curah, kini Migor Curah yang langka. Begitupun dengan BBM. Dengan Pertamax naik, orang sudah pasti akan migrasi ke pertalite karena selisihnya jauh hampir 100 persen. Dampak terburuknya, akan terjadi kelangkaan Pertalite,” ungkapnya.

Dengan melakukan kesalahan yang sama tegasnya, hanya bisa membuat kericuhan dan keresahan di masyarakat.

“Masyarakat mau memasuki bulan Ramadan dihadapkan dengan banyaknya emosional. Minyak goreng langka, harga tinggi kini BBM juga dinaikan. Ini tandanya pemerinta tidak becus mengurus ekonomi negara. Ini kalau menurut saya sudah benar-benar keterlaluan,” tegasnya.

Selain itu dampaknya secara ekonomi juga luas. “Saya yakin bulan depan Inflasi kita naik, karena diikuti banyaknya kenaikan beberapa komoditas. Dan tidak menutup kemungkinan ada lagi komoditas yang harganya naik, dampak dari tingginya harga peralite. Kalau orang tujuannya ke kantor-rumah gak ngaruh. Tapi kalau sopir transportasi antar kota/kabupaten pasti mereka susah cari Pertalite. Mereka terpaksa beli Pertamax, dan mereka menaikan harga. Makanya yang saya khawatirkan, jangan sampai Pertalite langka,” tegasnya lagi. (adi/rfm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *