LUBUKLINGGAU – Harga daging sapi di Pasar Instruksi Presiden (Inpres) Lubuklinggau masih terbilang normal, meskipun pedagang disana masih belum kompak untuk masalah harga. Hal diungkapkan pedagang daging di Pasar Impres Blok B, Uut (30), Sabtu (26/2/2022) pagi.
“Harga daging masih normal. Memang dua hari ini yang diberitakan di televisi sudah naik. Tapi di pasar kita belum naik, masih harga Rp110.000 hingga Rp130.000 per Kilogram (Kg),” ungkap Uut sambil menunggu pelanggan.
Dilanjutkan Uut, harga daging sapi AS masih Rp120.000 hingga Rp130.000. Kalau di bawah harga daging AS ada, tapi masih ada yang lemak-lemak putih di daging, yang harganya bisa Rp110.000 hingga Rp90.000.
“Masih macam-macam kalau harga di pasar ini, tinggal pembeli mau pilih yang mana dagingnya. Tapi di pedagang pasar ini untuk harga masih belum kompak. Misal di sini jual harga Rp130.000 ditawar hingga Rp120.000 per Kg tidak diberi, tapi di tempat lain pasar ini jugo jual daging juga harganya ado yang Rp120.000 lalu dibeli oleh konsumen biso hargo Rp110.000 hingga Rp100.000. Makanya masih belum kompak untuk harga, jadi sulit untuk menentukan hargo daging yang berkualitas hingga biasa,” jelasnya.
Di lain tempat Pedagang Daging, Rom (53) juga membenarkan jika harga daging belum naik, masih normal diharga Rp120.000 hingga Rp130.000 per Kg.
“Memang ado berita TV yang mengabarkan hargo daging sapi naik hingga Rp150.000 per Kg. Tapi di kito idak naik masih standar galo, Rp130.000 hingga Rp120.000 per Kg. Kalo daging sapi as Rp130.000 per Kg masih cak itu la,” ungkap Rom.
Dilanjutkannya, macam-macam kalau untuk harga, hargo daging cincang Rp70.000 per Kg, kalau yang sop ado lemaknyo tebal Rp100.000 dan tulang Rp90.000 per kg.
“Sapi ado dari lokal, Lampung, Sekayu dan hargo samo bae. Nah kalo yang murah tu ado yang Rp90.000 tapi tula campur macam-macam,” ungkap Rom yang telah 20 tahun berjualan di Pasar Inpres ini.
Saat ini ungkap Rom, di Pasar Inpres, khususnya tempat daging ada 20 meja yang tersedia tapi hanya ada sekitar 12 pedagang yang bertahan berdagang, sementara yang lainnya banyak tidak tahan dan pindah.
“Kareno tempatnyo dak sesuai lagi, sudah itu mulai dari harga dak keruan. Yang ini jual Rp130.000 yang lain ado jual Rp120.000 jadi dak keruan. Belum lagi tempat yang bikin wong nak beli daging malas masuk pasar daging ni. Ini yang beli kebanyakan memang sudah langganan, tulang bakso dan rumah makan,” ungkapnya.
Ia sebagai pedagang daging berharap agar pemerintah memberikan tempat yang layak untuk berjualan daging. Sekarang untuk jualan sudah tidak beraturan lagi, semoga pemerintah bisa membantu dan bisa menetapkan harga yang juga tidak beraturan ini. (lipos/dkz)